****** " he-NING ngePURing dino kang maWANti-wanTI " ******

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Devinisi dan Unsur-Unsur Diri Manusia

Selasa, 06 Desember 2011

Manusia adalah satu Mahluk Alloh yang paling sempurna,baik dari aspek jasmaniah dan lebih lebih ruhaniyah.karena kesempurnanya itulah,maka untuk dapat mengenal dan memahami secara mendalam dan totalitas dibutuhkan keahlian yang spesifik .dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan melalui studi yang panjang dan hati-hati tentang "manusia" melalui Al-qur'an.Dan sudah tentu ini harus dibawah bimbingan dan petunjuk Alloh,serta harus berparadigma pada proses pertumbuhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para nabi dan Rosul,khususnya Nabi Muhammad SAW.

A. Manusia

Pertama kali,marilah kita mencari arti,definisi dan makna dari istilah manusia ini yang dimulai dari pemahaman secara bahasa (etimologi).sebagian orang mengatakan bahwa istilah "manusia" berasal dari bahasa arab,yakni man (mahluk berakal) nusiya ( yang dilalaikan) dariasal kata ini bisa diambil satu definisi bahwa manusia adalah mahluk yang bernyawa dan memiliki akal yang dilekati sifat lupa. Kata nusiya bermakna pasif,yaitu dilalaikan.Alloh SWT sebagai Pelaku atau pemberi kelalaian,sementara manusia sebagai obyek yang menerima sifat sifat lalai.Hal itu dikuatkan dengan sabda nabi Muhammad SAW "manusia adalah tempatnya salah dan lupa".

Maka sudah menjadi kepastian bahwa setiap manusia pasti memiliki salah.tak terkecuali para nabi dan oranh2 saleh.mereka juga melakukan kesalahan,meski tak sengaja,maka nabi muhammad SAW selalu mengungkapkan istigfar (permohonan ampun) sekurang-kurangnya 70 kali setiap harinya,itu nabi muhammad SAW yang sudah maksum (terjaga),beliau masih mengucapkan istigfar .lalu bagaimana dengan kita yang masih jauh dari maksum?

Adapun makna maksum yang disandang oleh nabi Muhammad SAW,dan barangkali disandang oleh para kekasih Alloh yang dikehendaki-Nya,bukan berarti terbebas sama sekali dari kesalahan sama sekali.Memang benar,orang orang yang telah maksum terhindar dari melakukan kesalahan yang dilakukan dengan sengaja,namun mereka tetap tidak bisa menghindarkan diri dari perbuatan kilaf yang dilakukan tanpa kesengajaan.Dan penjagaan yang dianugrahkan AAlloh kepada kekasihNya ini lebih ditekankan pada pembersihan yang dilakukan saat itu juga,yakni manakala sang hamba melakukan kekilafan.Misalnya: seorang kekasih Alloh tanpa sadar telah mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan seseorang,beberapa saat kemudian sang kekasih Alloh tersebut kesandung batu saat berjalan hingga jari kakinya berdarah .Alloh akan melakukan anugrah "penjagaan" kepadanya, yakni memberi hidayah sehingga kekasihnya tersebut tidak memakai batu atau obyek lainnya,melainkan pengucapan innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un disertai kesadaran dalam hati bahwa semua itu berasal dari Alloh SWT juga. Darah yang keluar dari kaki diiringi rasa sakit diterimanya dengan ikhlas hingga menjadi penebus atas kekilafan yang baru saja dilakukannya .Ini lebih menguntungkan daripada hukumannya ditunda hingga ahirat kelak.

Nah,dalam kasus kecil diatas Alloh SWT akan menghapus setiap kekhilafan yang telah dilakukan kekasih-Nya tersebut sebelumnya. jika kita renungkan,ini merupakan bukan penjagaan yang sesungguhnya bukan?lebih penting dari sekedar menjaga agar terhindar dari bencana dan cobaan lainnya.Bayangkan jika setiap kali kita diberi cobaan dari Alloh SWT yang maksudnya sebagai sarana pembersihan dosa,lalu kita tidak diberi hidayah untuk menyadarinya ,Atau kita tidak pernah diberi cobaan sama sekali atas kekilafan yang telah kita lakukan ,hingga pada ahirnya akumulasi ( kumpulan ) dari kesalahan - kesalahan kita akan mendapatkan balasan diahirat kelak .Tentunya dengan balasan yang berlipat-lipat kerasnya ,Na'udzubilahi min dzalik!

Inilah makna istilah "manusia" yang kita sandang Bahwasanya kita sebagai manusia merupakan mahluk bernyawa (hidup) dan memiliki akal untuk membedakan yang baik dan yang buruk.dan kita berpotensi untuk berbuat salah (disengaja),berbuat khilaf (tak disengaja) ,serta berpotensi untuk lupa dan lalai.

B. Ins, Insan, Unas dan An-Nas

Keempat Istilah ini,yakni insun (dalam bahasa jawa sering dipakai dengan istilah ingsun ),insaanun,unaasun dan an-naasu,terdapat dalam Al-Qur'an,yakni pada ayat berikut :

"aku tidak menciptakan jin dan manusia selain untuk bribadah (Kepada-Ku)" (QS adz-Dzariyat [51]:56)


 "Sesungguhnya Kami telah menciptakan Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya " (QS at-Tiin[95]:4)


"Sesungguhnya mereka adalah orang -orang yang berpura -pura menyucikan diri " (QS al-A'raf[72]:82)


"Katakanlah "Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai Manusia " (QS an-Naas[114]:1)

Dalam tata bahasa Arab,kata ins,insaani,dan unaas berturut turut merupakan bentuk-bentuk tunggal ,mutsana (duaan),dan jamak jadi kata ins bermakna seorang manusia ,yakni menekankan pada aspek ragawi ,sementara kata insaani bermakna dua orang manusia,yakni manusia pada aspek jiwa dan raga.Dan kata unaas bermakna banyak manusia.yakni manusia dengan aspek -aspek menyeluruh didalamnya yang meliputi ragawi .nafsi(jiwa),dan ruhani(ruh) namun ketiga kata ini dibakukan hingga menjadi 3 kata yang mandiri dan memiliki arti yang sama ,yakni insun,insaanun (kita menyebutnya dengan istilah insan) ,dan unaasun(dimodifikasi menjadi  an-naas) . 

Wallaahua'lam. semoga teori yang saya kemukakan ini benar.

0 komentar:

Posting Komentar